1 x klik iklan di blog ini = 700 pahala buat anda karena telah bersedekah kepada admin.

1 x klik iklan di blog ini = 700 pahala buat anda karena telah bersedekah kepada admin

Thursday, July 13, 2017

Penjelasan Tentang Sunnahnya Qunut Shubuh

www.IskandarNet.com

A. Hukum Membaca Qunut Subuh

Di dalam madzab syafi'i sudah disepakati bahwa membaca do'a qunut dalam shalat subuh pada I’tidal raka'at kedua adalah sunnah ab’ad. Sunnah Ab’ad artinya diberi pahala bagi yang mengerjakannya dan bagi yang lupa mengerjakannya disunnahkan menambalnya dengan sujud syahwi.

Tersebut dalam Al majmu’ Syarah Muhazzab jilid III/504 sebagai berikut :

“Dalam Madzab Syafi'i disunnahkan qunut pada waktu shalat subuh baik ketika turun bencana atau tidak. Dengan hukum inilah berpegang mayoritas ulama salaf dan orang-orang yang sesudah mereka. Dan diantara yang berpendapat demikian adalah Abu Bakar as-shidiq, Umar bin Khattab, Utsman bin affan, Ali bin Abi thalib, Ibnu abbas, Barra’ bin Azib – semoga Allah meridhoi mereka semua. Ini diriwayatkan oleh Baihaqi dengan sanad yang shahih. Banyak pula orang tabi’in dan yang sesudah mereka berpendapat demikian. Inilah madzabnya Ibnu Abi Laila, Hasan bin Shalih, Malik dan Daud.”

Dalam kitab al-Umm jilid I/205 disebutkan bahwa Imam syafi'i berkata :

“Tidak ada qunut pada shalat lima waktu selain shalat subuh. Kecuali jika terjadi bencana, maka boleh qunut pada semua shalat jika imam menyukai”.

Imam Jalaluddin al-Mahalli berkata dalam kitab Al-Mahalli jilid I/157 :

“Disunnahkan qunut pada I’tidal rekaat kedua dari shalat subuh dan dia adalah “Allahummahdinii fiman hadait…. hingga akhirnya”.

Demikian keputusan hukum tentang qunut subuh dalam Madzab Syafi'i.

B. Dalil-Dalil Kesunattan Qunut Shubuh

Berikut ini dikemukakan dalil-dalil tentang kesunnahan qunut subuh yang diantaranya adalah sebagai berikut :

1. Hadits dari Anas RA

“Bahwa Nabi RA pernah qunut selama satu bulan sambil mendo'akan kecelakaan atas mereka kemudian Nabi meninggalkannya. Adapun pada shalat subuh, maka Nabi melakukan qunut hingga beliau meninggal dunia”

Hadits ini diriwayatkan oleh sekelompok huffadz dan mereka juga ikut meriwayatkannya dan mereka juga ikut menshahihkannya. Diantara ulama yang mengakui keshahihan hadits ini adalah Hafidz Abu Abdillah Muhammad Ali al-Balkhi dan Al-Hakim Abu Abdillah pada beberapa tempat di kitabnya serta Imam Baihaqi.

Hadits ini juga turut di riwayatkan oleh Darulquthni dari beberapa jalan dengan sanad-sanad yang shahih.

حدثنا عمرو بن علي الباهلي ، قال : حدثنا خالد بن يزيد ، قال : حدثنا أبو جعفر الرازي ، عن الربيع ، قال : سئل
فقال : ما زال النبي صلى ال عليه وسلم ، » أنه قنت شهرا « : أنس عن قنوت ) 1( النبي صلى ال عليه وسلم
يقنت حتى مات قالوا : فالقنوت في صلة الصبح لم يزل من عمل النبي صلى ال عليه وسلم حتى فارق الدنيا ،
قالوا : والذي روي عن النبي صلى ال عليه وسلم أنه قنت شهرا ثم تركه ، إنما كان قنوته على من روي عنه أنه
دعا عليه من قتلة أصحاب بئر معونة ، من رعل وذكوان وعصية وأشباههم ، فإنه قنت يدعو عليهم في كل صلة
، ثم ترك القنوت عليهم ، فأما في الفجر ، فإنه لم يتركه حتى فارق الدنيا ، كما روى أنس بن مالك عنه صلى ال
عليه وسلم في ذلك وقال آخرون : ل قنوت في شيء من الصلوات المكتوبات ، وإنما القنوت في الوتر

Dikatakan oleh Umar bin Ali Al Bahiliy, dikatakan oleh Khalid bin Yazid, dikatakan Jakfar Arraziy, dari Arrabi’ berkata : Anas RA ditanya tentang Qunut Nabi SAW bahwa apakah betul beliau SAW berqunut sebulan, maka berkata Anas RA : beliau SAW selalu terus berqunut hingga wafat, lalu mereka mengatakan maka Qunut Nabi SAW pada shalat subuh selalu berkesinambungan hingga beliau SAW wafat, dan mereka yang meriwayatkan bahwa Qunut Nabi SAW hanya sebulan kemudian berhenti maka yang dimaksud adalah Qunut setiap shalat untuk mendo'akan kehancuran atas musuh-musuh, lalu (setelah sebulan) beliau SAW berhenti, namun Qunut di shalat subuh terus berjalan hingga beliau SAW wafat.

Sunan Imam Baihaqi Alkubra Juz 2 hal. 211 Bab Raf’ul yadayn filqunut, Sunan Imam Baihaqi ALkubra Juz 3 hal. 41, Fathul Baari Imam Ibn Rajab Kitabusshalat Juz 7 hal. 178 dan hal. 201, Syarah Nawawi Ala shahih Muslim Bab Dzikr Nida Juz 3 hal. 324, dan banyak lagi.

2. Hadits dari Awam Bin Hamzah dimana beliau berkata :

“Aku bertanya kepada Utsman –semoga Allah meridhainya- tentang qunut pada Subuh. Beliau berkata : Qunut itu sesudah ruku. Aku bertanya : ”Fatwa siapa?”, Beliau menjawab : “Fatwa Abu Bakar, Umar dan Utsman Radhiyallahu ‘anhum”.

Hadits ini riwayat imam Baihaqi dan beliau berkata : “Isnadnya Hasan”. Dan Baihaqi juga meriwayatkan hadits ini dari Umar RA dari beberapa jalan.

3. Hadits dari Abdullah bin Ma’qil at-Tabi’i

“Ali RA Qunut pada shalat subuh”.

Diriwayatkan oleh Baihaqi dan beliau berkata : “Hadits tentang Ali RA ini shahih lagi masyhur.

4. Hadits dari Barra’ RA :

“Bahwa Rasulullah SAW melakukan qunut pada shalat subuh dan maghrib” (HR. Muslim).

5. Hadits dari Barra’ RA :

“Bahwa Rasulullah SAW melakukan qunut pada shalat subuh” (HR. Muslim).

Hadits no. 4 diriwayatkan pula oleh Abu Dawud dengan tanpa penyebutan shalat maghrib. Imam Nawawi dalam Majmu’ II/505 mengatakan : “Tidaklah mengapa meninggalkan qunut pada shalat maghrib karena qunut bukanlah sesuatu yang wajib atau karena ijma ulama menunjukan bahwa qunut pada shalat maghrib sudah mansukh hukumnya”.

6. Hadits dari Abi Rofi’

“Umar melakukan qunut pada shalat subuh sesudah ruku’ dan mengangkat kedua tangannya serta membaca do'a dengn bersuara”. (HR Baihaqi dan ia mengatakan hadits ini shahih).

7. Hadits dari Ibnu Sirin, beliau berkata :

“Aku berkata kepada Anas : Apakah Rasulullah SAW. melakukan qunut pada waktu subuh? Anas menjawab : Ya, begitu selesai ruku'”. (HR. Bukhary Muslim).

8. Hadits dari Abu hurairah ra. Beliau berkata :

“Rasulullah SAW jika beliau mengangkat kepalanya dari ruku' pada rakaat kedua shalat subuh beliau mengangkat kedua tangannya lalu berdo'a : “Allahummah dini fii man hadait ….dan seterusnya”. (HR. Hakim dan dia menshahihkannya).

9. Hadits dari Hasan bin Ali bin Abi Thalib RA Beliau berkata :

“Aku diajari oleh rasulullah SAW beberapa kalimat yang aku ucapkan pada witir yakni : Allahummah dini fii man hadait ….dan seterusnya” (HR Abu Dawud, Tirmidzi, Nasai dan selain mereka dengan isnad yang shahih)

10.Hadits dariIbnu Ali bin Thalib RA (Berkaitan dengan hadits no. 8) Imam Baihaqi meriwayatkan dari Muhammad bin Hanafiah dan beliau adalah Ibnu Ali bin Thalib RA Beliau berkata :

“Sesungguhnya doa ini adalah yang dipakai oleh bapakku pada waktu qunut diwaktu shalat subuh” (Al-baihaqi II/209).

11.Hadist do'a qunut subuh dari Ibnu Abbas RA :

Tentang do'a qunut subuh ini, Imam Baihaqi juga meriwayatkan dari beberapa jalan yakni Ibnu Abbas dan selainnya :

“Bahwasanya Nabi SAW mengajarkan doa ini (Allahummah dini fii man hadait ….dan seterusnya) kepada para shahabat agar mereka berdo'a dengannya pada waktu qunut di shalat subuh” (Al-baihaqi II/209).

Demikianlah beberapa dalil yang dipakai para ulama-ulama ahlusunnah dari Madzab Syafi'iyah berkaitan dengan fatwa mereka tentang qunut subuh.

Dari sini dapat dilihat keshahihan hadits-haditsnya karena dishahihkan oleh Imam-Imam hadits ahlusunnah yang terpercaya. Hati-hati dengan orang-orang khalaf akhir zaman yang lemah hafalan hadisnya tetapi mengaku ahli hadits dan banyak mengacaukan hadits-hadits seperti mendhaifkan hadits shahih dan sebaliknya.

C. Tempat Qunut Subuh dan Nazilah adalah Sesudah Ruku' Rakaat Terakhir

Tersebut dalam Al-majmu Jilid III/506 bahwa : “Tempat qunut itu adalah sesudah mengangkat kepala dari ruku'. Ini adalah ucapan Abu Bakar as-Shidiq, Umar bin Khattab dan Utsman serta Ali RA hum".

Mengenai dalil-dalil qunut sesudah ruku' :

1. Hadits dari Abu Hurairah :

“Bahwa Nabi Qunut sesungguhnya sesudah ruku'” (HR. Bukhary Muslim).

2. Hadits dari Ibnu Sirin, beliau berkata :

“Aku berkata kepada anas : Apakah Rasulullah SAW. melakukan qunut pada waktu subuh? Anas menjawab : Ya, begitu selesai ruku'”. (HR. Bukhary Muslim).

3. Hadits dari Anas RA

“Bahwa Nabi SAW melakukan qunut selama satu bulan sesudah ruku' pada subuh sambil mendoakan kecelakaan keatas bani ‘ushayyah” (HR. Bukhary Muslim).

4. Hadits Dari Awam Bin hamzah dan Rofi yang sudah disebutkan pada dalil 4 dan 5 tentang kesunnatan qunut subuh.

5. Riwayat Dari Ashim al-Ahwal dari Anas RA :

“Bahwa Anas RA Berfatwa tentang qunut sesudah ruku'”.

6. Hadits dari Abu Hurairah RA Beliau berkata :

“Rasulullah SAW jika beliau mengangkat kepalanya dari ruku' pada rekaat kedua shalat subuh beliau mengangkat kedua tangannya lalu berdoa : “Allahummah dini fii man hadait ….dan seterusnya”. (HR. Hakim dan dia menshahihkannya).

7. Hadits Riwayat dari Salim dari Ibnu Umar RA

“Bahwasanya Ibnu Umar mendengar Rasulullah SAW apabila beliau mengangkat kepalanya dari ruku' pada rekaat terakhir shalat subuh, beliau berkata : “Ya Allah laknatlah sifulan dan si fulan”, sesudah beliau menucapkan sami’allahu liman hamidah. Maka Allah menurunkan Ayat: “Tidak ada bagimu sesuatu pun urusan mereka itu atau dari pemberian taubat terhadap mereka karena sesungguhnya mereka itu adalah orang-orang yang dzalim“ (HR Bukhary).

Terlihat jelas Bahwa pada qunut nazilah maupun qunut subuh, dilakukan setalah ruku'.

Adapun ada riwayat yang menyatakan sebelum ruku', Imam Baihaqi mengatkan dalam kitab Almajmu :

“Dan orang-orang yang meriwayatkan qunut sesudah ruku lebih banyak dan lebih kuat menghafal hadits, maka dialah yang lebih utama dan inilah jalannya para khalifah yang memperoleh petunjuk – radhiyallahu ‘anhum- pada sebagian besar riwayat mereka, wallahu 'alam”.

D. Jawaban untuk Orang-Orang yang Membantah Sunnahnya Qunut Shubuh

1. Ada yang mendatangkan Hadits bahwa Ummu Salamah berkata :

“Bahwa Nabi Saw. melarang qunut pada waktu subuh“ (Hadits ini Dhoif).

Jawaban : Hadist ini dhaif karena periwayatan dari Muhammad bin ya’la dari Anbasah bin Abdurahman dari Abdullah bin Nafi’ dari bapaknya dari Ummu Salamah.

Berkata Darulqutni : ”Ketiga-tiga orang itu adalah lemah dan tidak benar jika Nafi’ mendengar hadis itu dari Ummu Salamah”. Tersebut dalam Mizanul I’tidal.

“Muhammad bin Ya’la’ diperkatakan oleh Imam Bukhari bahwa ia banyak menghilangkan hadits. Abu Hatim mengatakan ianya matruk” (Mizanul I’tidal IV/70).

Anbasah bin Abdurrahman menurut Imam Baihaqi hadisnya matruk. Sedangkan Abdullah adalah orang banyak meriwayatkan hadits mungkar. (Mizanul I’tidal II/422).

2. Ada yang mengajukan Hadis bahwa Ibnu Abbas RA Berkata :

“Qunut pada shalat subuh adalah Bid’ah”

Jawaban : Hadis ini dhaif sekali (dhaif jiddan) karena imam Baihaqi meriwayatkannya dari Abu Laila al-Kufi dan beliau sendiri mengatakan bahwa hadits ini tidak shahih karena Abu Laila itu adalah matruk (Orang yang ditinggalkan haditsnya). Terlebih lagi pada hadits yang lain Ibnu abbas sendiri mengatakan :

“Bahwasanya Ibnu abbas melakukan qunut subuh”.

3. Ada juga yang mengetangahkan riwayat Ibnu mas’ud yang mengatakan :

Rasulullah tidak pernah qunut didalam shalat apapun”.

Jawaban : Riwayat ini menurut Imam Nawawi dalam Al Majmu sangatlah dhaif karena perawinya terdapat Muhammad bin Jabir as-Suhaili yang ucapannya selalu ditinggalkan oleh ahli hadits. Tersebut dalam Mizanul I’tidal karangan Az-Zahaby bahwa Muhammad bin Jabiras-Suahaimi adalah orang yang dhaif menurut perkataan Ibnu Mu’in dan Imam Nasa’i. Imam Bukhari mengatakan: “ia tidak kuat”. Imam Ibnu Hatim mengatakan : “Ia dalam waktu akhirnya menjadi pelupa dan kitabnya telah hilang”. (Mizanul I’tidal III/492).

Dan juga kita dapat menjawab dengan jawaban terdahulu bahwa orang yang mengatakan “ada” lebih didahulukan dari pada yang mengatakan “tidak ada” berdasarkan kaidah “Al-mutsbit muqaddam alan naafi”.

4. Ada orang yang berpendapat bahawa Nabi Muhammad SAW melakukan qunut satu bulan saja berdasarkan hadits Anas RA, maksudnya :

Bahawasanya Nabi SAW melakukan qunut selama satu bulan sesudah ruku' sambil mendo'akan kecelakaan ke atas beberapa puak Arab kemudian baginda meninggalkannya.” Diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim.

Jawaban : Hadits dari pada Anas tersebut kita akui sebagai hadits yang shahih kerana terdapat dalam kitab Bukhari dan Muslim. Akan tetapi yang menjadi permasalahan sekarang adalah kata thumma tarakahu Kemudian Nabi meninggalkannya.

Apakah yg ditinggalkan oleh Nabi itu? Meninggalkan qunutkah? Atau meninggalkan berdo'a yang mengandungi kecelakaan ke atas puak-puak Arab?

Untuk menjawab permasalahan ini lah kita perhatikan baik-baik penjelasan Imam Nawawi dalam Al-Majmu’ jilid 3,hlm. 505 maksudnya :

“Adapun jawaban terhadap hadits Anas dan Abi Hurairah RA dalam ucapannya dengan (thumma tarakahu) maka maksudnya adalah meninggalkan do'a kecelakaan ke atas orang-orang kafir itu dan meninggalkan laknat terhadap mereka saja. Bukan meninggalkan seluruh qunut atau meninggalkan qunut pada selain subuh. Penafsiran seperti ini mesti dilakukan kerana hadits Anas di dalam ucapannya ’sentiasa Nabi qunut di dalam shalat subuh sehingga beliau meninggal dunia’ adalah sahih lagi jelas maka wajiblah menggabungkan di antara kedua-duanya”.

Imam Baihaqi meriwayatkan dan Abdur Rahman bin Madiyyil, bahawasanya beliau berkata, maksudnya :

“Hanyalah yang ditinggalkan oleh Nabi itu adalah melaknat”.

Tambahan lagi penafsiran seperti ini dijelaskan oleh riwayat Abu Hurairah RA yang berbunyi, maksudnya :

“Kemudian Nabi menghentikan do'a kecelakaan ke atas mereka”.

Dengan demikian dapatlah dibuat kesimpulan bahawa qunut Nabi yang satu bulan itu adalah qunut nazilah dan qunut inilah yang ditinggalkan, bukan qunut pada waktu shalat subuh.

5. Ada juga orang-orang yang tidak menyukai qunut mengemukakan dalil hadits Saad bin Thariq yang juga bernama Abu Malik Al-Asja’i, maksudnya :

“Dari Abu Malik Al-Asja’i, beliau berkata : Aku pernah bertanya kepada bapakku, wahai bapak! sesungguhnya engkau pernah shalat di belakang Rasulullah SAW, Abu Bakar, Usman dan Ali bin Abi Thalib di sini di kufah selama kurang lebih dari lima tahun. "Adakah mereka melakukan qunut?" Dijawab oleh bapankya : "Wahai anakku, itu adalah bid’ah"” (Diriwayatkan oleh Tirmizi).

Jawaban :

Kalau benar Saad bin Thariq berkata begini maka sungguh mengherankan karena hadits-hadits tentang Nabi dan para Khulafa Rasyidun yang melakukan qunut banyak sangat sama ada di dalam kitab Bukhari, Muslim, Ibnu Majah, Abu Daud, Nasa’i dan Baihaqi.

Oleh karena itu ucapan Saad bin Thariq tersebut tidaklah diakui dan terpakai di dalam mazhab Syafi'i dan juga mazhab Maliki.

Hal ini disebabkan oleh karena beribu-ribu orang telah melihat Nabi melakukan qunut, begitu pula sahabat baginda. Manakala hanya Thariq seorang sah saja yang mengatakan qunut itu sebagai amalan bid’ah.

Maka dalam kasus ini berlakulah kaidah ushul fiqih yaitu :

“Almuthbitu muqaddimun a’la annafi”

Maksudnya : Orang yang menetapkan lebih didahulukan atas orang yang menafikan.

Tambahan lagi orang yang mengatakan ada jauh lebih banyak dari pada orang yang mengatakan tidak ada.

Seperti inilah jawaban Imam Nawawi didlm Al-Majmu’ jilid 3,hlm. 505, maksudnya :

“Dan jawaban kita terhadap hadits Saad bin Thariq adalah bahawa riwayat orang-orang yang menetapkan qunut terdapat pada mereka itu tambahan ilmu dan juga mereka lebih banyak. Oleh itu wajiblah mendahulukan mereka”.

Pensyarah hadits Turmizi yakni Ibnul ‘Arabi juga memberikan komentar yang sama terhadap hadits Saad bin Thariq itu. Beliau mengatakan :

”Telah sah dan tetap bahawa Nabi Muhammad SAW melakukan qunut dalam shalat shubuh, telah tetap pula bahawa Nabi ada qunut sebelum ruku' atau sesudah ruku', telah tetap pula bahawa Nabi ada melakukan qunut nazilah dan para khalifah di Madinah pun melakukan qunut serta Sayyidina Umar mengatakan bahawa qunut itu sunah, telah pula diamalkan di Masjid Madinah. Oleh karena itu janganlah kamu tengok dan jangan pula ambil perhatian terhadap ucapan yang lain dari pada itu.”

Bahkan ulama ahli fiqih dari Jakarta yakni Kiyai Haji Muhammad Syafie Hazami di dalam kitabnya Taudhihul Adillah ketika memberi komentar terhadap hadits Saad bin Thariq itu berkata :

“Sudah terang qunut itu bukan bid’ah menurut segala riwayat yang ada maka yang bid’ah itu adalah meragukan kesunahannya sehingga masih bertanya-tanya pula. Sudah gaharu cendana pula, sudah tahu bertanya pula”

Dengan demikian dapatlah kita fahami ketegasan Imam Uqaili yang mengatakan bahawa Abu Malik itu jangan diikuti haditsnya dalam masalah qunut. (Mizanul I’tidal jilid 2, hlm. 122)

E. Pendapat Imam Madzab Tentang Qunut

1. Madzab Hanafi

Disunahkan qunut pada shalat witir dan tempatnya sebelum ruku'. Adapun qunut pada shalat shubuh tidak disunahkan. Sedangkan qunut Nazilah disunatkan tetapi ada shalat jahriyah saja.

2. Madzab Maliki

Disunahkan qunut pada shalat shubuh dan tempatnya yang lebih utama adalah sebelum ruku', tetapi boleh juga dilakukan setelah ruku. Adapun qunut selain shubuh yakni qunut witir dan Nazilah, maka keduanya dimakruhkan.

3. Madzab Syafi'i

Disunahkan qunut pada waktu shubuh dan tempatnya sesudah ruku'. Begitu juga disunahkan qunut nazilah dan qunut witir pada pertengahan bulan ramadhan.

4. Madzab Hambali

Disunahkan qunut pada shalat witir dan tempatnya sesudah ruku'. Adapun qunut subuh tidak disunahkan. Sedangkan qunut nazilah disunahkan dan dilakukan diwaktu shubuh saja.

Semoga kita dijadikan oleh Allah asbab hidayah bagi kita dan ummat seluruh alam.

No comments:

Post a Comment

Terjemahkan halaman ini ke dalam bahasa lainnya