1 x klik iklan di blog ini = 700 pahala buat anda karena telah bersedekah kepada admin.

1 x klik iklan di blog ini = 700 pahala buat anda karena telah bersedekah kepada admin

Sunday, April 9, 2017

Cerpen : Anak Nakal Punya Prestasi

Terdengar suara gemuruh dari sebuah kelas, sesekali terdengar kata-kata yang tidak pantas diucapkan oleh anak pelajar. Guru mata pelajaran yang kebetulah tidak bisa masuk kelas dimanfaatkan oleh mereka. Sebagian ada yang main HP, curhat, main bola di kelas, mengerjakan tugas, dan yang lainnya.

“Iskandar... Iskandar...” seorang anak perempuan memanggil nama Iskandar.
“Ya, ada apa?” jawab seorang anak laki-laki bertubuh mungil dari dalam kelas.
“Kamu, dipanggil guru BK!” jawab perempuan itu.

Anak laki-laki bertubuh mungil tersebut bergegas menuju ruang BK dengan wajah gelisah, seakan-akan bersalah.

“Duduk!” kata Bu Siti salah satu guru BK kepadanya.
“Ya Bu, terima kasih” jawabnya.
“Kemarin kamu merokok?” tanya Bu Siti.
“Gak Bu,” jawabnya.
“Plakk!” Bu Siti menampar anak mungil itu.
“Bohong, kemarin istirahat Ibu lihat kamu merokok di warung pojok” bentak Bu Siti.
“Ya Bu,” jawabnya (ketakutan).

Anak itu mendapatkan ancaman akan dikeluarkan dari sekolah apabila masih melakukan pelanggaran dan tidak mau merubah sikapnya. Karena sudah sangat sering mendapatkan peringatan.

Lagi-lagi anak mungil itu membuat pelanggaran. Setelah sebelum-sebelumnya sering dihukum dan dipanggil orang tuanya karena sering kesiangan, tidak mengikuti upacara bendera, bolos, kabur saat jam pelajaran, berkelahi, dan merokok di sekolah. Walaupun anak itu bertubuh mungil tapi sangat nakal sehingga banyak yang tidak suka dengan sikap dan kelakuannya. Kendati demikian dia pernah mengharumkan nama sekolahnya. Ia pernah menjadi juara 1 Kompetisi Matematika di tingkat Kota. Nilai matematikanya pun selalu paling tinggi diantara siswa yang lainnya. Sebenarnya dia anak yang pintar dan aktif, hanya saja sikap dan kelakuaanya kurang baik.

“Trok... trok...” terdengar seseorang mengetuk pintu kelas.

Dibukanya pintu oleh salah seorang murid.

“Ada perlu apa Pak?” tanya Pak Asep yang sedang mengajar di kelas itu.
“Ada perlu kepada Iskandar” jawabnya.
“Oh, silahkan” ujar Pak Asep.

Anak mungil itu kembali dipanggil, namun bukan karena melakukan pelanggaran. Anak itu diberi kepercayaan mewakili sekolah untuk mengikuti seleksi Olimpiade Matematika di tingkat kota. Kendati anak itu murid yang nakal, guru-guru memilihnya karena memang kemampuan anak mungil itu dalam matematika tidak bisa diragukan. Dan ternyata benar, anak mungil itu terpilih mewakili kotanya. Sehingga guru-guru bangga padanya.

Seminggu kemudian, anak itu dipanggil oleh guru BK. Betapa terkejutnya anak itu, melihat orang tua serta wali kelasnya berada di ruang BK. Wajahnya pucat, gelisah, dan ketakutan. Pikirannya campur aduk saat melihat Polisi dan wajah guru BK yang sangar.

Anak itu kembali mendapat masalah, kali ini sangat serius dihadapinya karena terlibat aksi tawuran antar pelajar. Ia akan dikeluarkan dari sekolah atas perbuatannya yang sudah diluar batas wajar. Beberapa guru ada yang kurang setuju dikeluarkannya anak ini karena sebentar lagi dia akan mewakili kotanya dalam Olimpide Matematika ditingkat Nasional. Akhirnya keputusan dikeluarkan atau tidaknya anak itu ditunda selama 2 minggu dan selama itu pula dia diskorsing tidak bisa masuk sekolah.

Dua minggu kemudian, ternyata sekolah tidak jadi mengeluarkannya dengan syarat harus menjadi juara pada Olimpiade serta merubah semua sikap dan perilakunya menjadi baik. Kendati demikian sekolah mengancam akan tetap mengeluarkannya jika tidak menjadi juara pada Olimpiade nanti. Olimpiade yang tinggal 1 bulan lagi ia manfaatkan untuk persiapan dengan belajar sungguh-sungguh. Tiap hari anak mungil itu tidak pernah lepas dari buku matematika. Bahkan kemana-mana ia selalu membawa buku matematika. Tiap hari anak itu sibuk dengan buku matematikanya sehingga tidak lagi terdengar ia melakukan pelanggaran di sekolahnya.

Setelah ia mengikuti Olimpiade tersebut, ternyata ia gagal menjadi juara bahkan 10 besar pun tidak masuk. Melihat hasil yang mengecewakan anak itu menagis dengan perasaan sangat kecewa. Ia sudah pasrah dengan apa yang akan diterimanya yaitu dikeluarkan dari sekolah.

“Sudah, jangan menangis nak! Mungkin itu belum rezeki mu” ujar salah satu guru.
“Kamu masih bisa sekolah kok” ujar Pak Kepala Sekolah (menepuk pundaknya).
“Ya, 1 bulan terakhir ini kamu terlihat semangat dan bersungguh-sungguh dalam belajar, dan tidak nakal serta melakukan pelanggaran. Itu berarti kamu sudah bisa merubah sikap dan perilaku menjadi baik.” Kata Bu Siti.
“Perihal juara atau tidak itu hanya trik dari kami untuk melihat sejauh mana kesungguhan kamu dalam belajar” kata Pak Kepala Sekolah.
“Kami bangga padamu nak,” ujar Bu Siti (mengusap-usap kepala anak itu).

Yang asalnya menangis karena sedih dan kecewa, berubah menjadi tangisan bahagia. Anak itu berjanji tidak akan nakal dan melakukan pelanggaran lagi di sekolah, serta akan merubah sikap juga perilakunya menjadi lebih baik. Teman-temannya pun memberikan ucapan selamat dan banyak yang simpati padanya.


No comments:

Post a Comment

Terjemahkan halaman ini ke dalam bahasa lainnya